TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA
(MENURUT GAGNE DAN ATKINSON)
PENGERTIAN TEORI PEMROSESAN INFORMASI
Teori pemrosesan informasi adalah teori
kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan
pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu
yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa
indera.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah
bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar
menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini,
seperti psikologi kognitif mengkaji proses belajar penting dari hasil belajar
namun yang lebih penting dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem
informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses
belajar.
·
Menurut
Gagne
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal,
Gagne menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Model proses belajar
yang dikembangkan oleh Gagne didasarkan pada teori pemrosesan informasi, yaitu
sebagai berikut :
1. Rangsangan
yang diterima panca indera akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai
informasi.
2. Informasi
dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori
jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
3. Memori-memori
ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap
kembali setelah dilakukan pengolahan.
Seperangkat proses yang bersifat internal yang
dimaksud oleh Gagne adalah kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu
yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan terjadinya proses kognitif
dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi
bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan salah satu hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut teori ini,
belajar merupakan proses mengelola informasi, namun teori ini menganggap
sisitem informasi yang diproses yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang
lebih penting. Karena informasi inilah yang akan menentukan proses dan bagaimana
proses belajar akan berlangsung akan sangat oleh sistem informasi yang
dipelajari.
Robert Gagne seorang ahli psikologi pendidikan
mengembangkan teori belajar yang mencapai kulminasinya (titik uncak) pada “The
Condition of Learning”. Banyak gagasan Gagne tentang teori belajar, seperti
belajar konsep dan model pemrosesan informasi, pada bukunya “The Condition of
Learning” mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or
capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable
to process a groeth.
Dalam bukunya Robert M. Gagne disebutkan bahwa
: A very special kind of intellectual skill, of particular in probelem solving,
is called a cognitive strategy. In term of modern learning theory, a cognitive
strategy is a control process . An internal process by means of which thinking.
Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar. Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa atau
guru. Setiap fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran
siswa. Kejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang
esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia
telah siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui
penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan
kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat
diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila
stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah
dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang
penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti
tentang apa yang diajarkan.
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan
informasi menjelaskan tentang (1) hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara
bagaimana pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori. Konsepsi lama
mengenai memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat
penyimpanan untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama, sehingga memori
diartikan sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas
atau saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia
mulai dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan
mengorganisasi semua pengetahuan manusia
Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur
kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran orang tua. Kekurangan
metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat
mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif, murid
hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan
bersifat otoriter.
·
Menurut
Atkinson
Teori pemrosesan informasi ini didasarkan pada
model memori dan penyimpanan yang dikemukakan oleh Atkinson dan Shiffin yang
menyatakan bahwa memori manusia terdiri dari tiga jenis yaitu sensori memori (sensory
register) yang menerima informasi melalui indra penerima
seperti mata, telinga, hidung, mulut, dan atau tangan, setelah beberapa detik,
informasi tersebut akan hilang atau diteruskan pada ingatan jangka pendek (short
term memory atau working memory). Informasi tersebut
setelah 5-20 detik akan hilang atau tersimpan ke dalam ingatan jangka panjang ( long
term memory).
MODEL PEMROSESAN INFORMASI
Pada hakikatnya model pembelajaran dengan
pemerosesan informasi didasarkan pada teori belajar kognitif. Model
pembelajaran tersebut berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan
sistem yang dapat memperbaiki kemampuan belajar siswa. Pemrosesan informasi
menunjuk kepada cara-cara mengumpulkan atau menerima stimulus dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan pemecahan
masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal.
Proses informasi dalam ingatan dimulai dari
proses penerimaan informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi
(stroge ) dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informas-informasi yang
telah disimpan dalam ingatan (retrival ). Teori belajar pemerosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang
mencakup beberapa tahapan.
Encoding adalah
proses memasukkan informasi ke dalam memori. Sistem syaraf menggunakan kode
internal yang merepresentasikan stimulus eksternal. Dengan cara ini representasi
objek/kejadian eksternal dikodekan menjadi informasi internal dan siap
disimpan.
Stroge adalah
informasi yang diambilkan dari memori jangka pendek kemudian diteruskan untuk
diproses dan digabungkan ke dalam memori jangka panjang. Namun tidak semua
informasi dari memori jangka pendek dapat disimpan. Kunci penting dalam
penyimpanan di memori jangka panjang adalah adanya motivasi yang cukup untuk
mendorong adanya latihan berulang hal-hal dari memori jangka pendek.
Retrival adalah hasil akhir dari proses memori. Mengacu pada pemanfaatan
informasi yang disimpan. Agar dapat diambil kembali, informasi yang disimpan
tidak hanya tersedia tetapi juga dapat diperoleh karena meskipun secara
teoritis informasi yang disimpan tersedia tetapi tidak selalu mudah untuk menggunakan
dan menempatkannya.
Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset
tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia.
Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif.
Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan
kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat
mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi
berikut :
1. Antara stimulus dan respon berpijak pada asumsi, yaitu
pemrosesan informasi ketika pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah
waktu tertentu
2. Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan
mengalami perubahan bentuk ataupun isinya
3. Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan
teori tentang komponen, yaitu komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan
informasi (proses kontrol). Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi, serta proses
terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
·
· Sensory
Receptor (SR)
Sensory Receptor adalah sel tempat pertama kali informasi
diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya,
informasi hanya bertahan dalam waktu yang sangat singkat dan mudah tergangu
atau berganti.
·
· Working
Memory (WM)
Working Memory diasumsikan mampu menangkap informasi yang
mendapat perhatian individu, perhatian dipengaruhi oleh persepsi.
KarakteristikWorking Memory adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya
mampu bertahan 15 detik jika tidak diadakan pengulangan) dan informasi dapat
disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi
dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas
disamping melakukan pengulangan.
·
· Long
Term Memory (LTM)
Long Term Memory diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang
telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3)
bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus
atau hilang. Sedangkan lupa adalah proses gagalnya memunculkan kembali
informasi yang diperlukan.
PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER (PBK)
Pemanfaatan Komputer dalam Pembelajaran
Komputer di dunia pendidikan tidak hanya
digunakan untuk mempelajari seluk beluknya, tetapi juga sebagai sarana komunikasi
serta sebagai media dalam proses pembelajaran. Hal ini karena potensi komputer
yang dapat dimanfaatkan untuk dunia pendidikan telah sangat luas dan menjangkau
berbagai kepentingan. Proses pembelajaran dapat juga dilaksanakan dengan
bantuan komputer.
Secara garis besar komputer dimanfaatkan dalam
dua macam penerapan, yaitu dalam bentuk pembelajaran dengan bantuan komputer (Computer
Assisted Instructional-CAI), dan pembelajaran berbasis komputer (Computer
Based Instruction-CBI). Dalam banyak hal kedua penerapan dalam pemanfaatan
komputer untuk pembelajaran ini adalah sama. Perbedaan yang menonjol diantara
keduanya terletak pada fungsi perangkat lunak yang digunakan. Pada CAI
perangkat lunak yang digunakan berfungsi membantu guru dalam proses pembelajaran,
seperti sebagai multimedia, alat bantu dalam presentasi maupun demontrasi atau
sebagai alat bantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun pembelajaran berbasis
komputer (CBI) mempunyai fungsi lebih luas. Perangkat lunak dalam CBI disamping
bisa dimanfaatkan sebagai fungsi CAI, bisa juga dimanfaatkan dengan fungsi
pembelajaran individual (individual learning).
Dalam pembelajaran bermedia komputer ini siswa
berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara
komputer dan siswa ini terjadi secara individual dan komputer memang memiliki
kemampuan untuk itu. Dengan demikian apa yang dialami siswa satu dengan lainnya
tidak akan sama. Potensi pelayanan terhadap perbedaan siswa inilah komputer
digunakan dalam sistem pembelajaran.
Ciri-ciri Media Pembelajaran Berbantuan Komputer
Ciri-ciri media yang dihasilkan teknologi
berbantuan komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) sebagai
berikut:
(1) dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara
linier,
(2) dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan
keinginan perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya,
(3) biasanya gagasangagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan
kata, simbol dan grafik,
(4) prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini,
dan
(5) pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan
interaktivitas siswa yang tinggi.
Keuntungan Media Pembelajaran Berbasis Komputer
Terdapat beberapa kelebihan media berbantuan
komputer terkait dengan multimedia interaktif yaitu:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah
secara individual.
2. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi.
3. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam.
4. Mampu membangkitkan motivasi siswa.
5. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode pembelajaran
dengan baik.
6. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadap materi
yang disajikan.
7. Merangsang siswa mendapat pengalaman bersifat konkrit, dan
retensi siswa meningkat.
8. Memberikan umpan balik secara langsung.
9. Siswa dapat menentukan sendiri percepatan belajarnya.
10. Siswa dapat melakukan self evaluation.
Hal ini didukung oleh Wankat dan Orenovicz
bahwa keuntungan lain dari pembelajaran berbantuan komputer adalah memberikan
kemudahan bagi guru mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut yaitu:
1. Mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan
iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.
2. Merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya
animasi grafis, warna dan musik.
3. Kendali berada pada siswa sehingga percepatan belajar
disesuaikan dengan tingkat kemampuan.
Keterbatasan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer
Ada beberapa keterbatasan pembelajaran
berbantuan komputer, yaitu:
1. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok
kecil.
2. Tampilan yang kurang menarik dan tidak dirancang dengan baik
akan melemahkan motivasi siswa untuk belajar.
3. Guru yang tidak paham dengan aplikasi program harus bekerja
sama dengan ahli programmer grafis, juru kamera dan teknisi komputer.
4. Guru yang tidak menguasai strategi pembelajaran bermedia
komputer akan membuat pembelajaran menjadi tidak bermakna.
5. Dalam perancangannya memerlukan biaya yang relatif mahal.
6. Pembelajaran terbatas pada apa yang ada pada program saja.
Keterbatasan ini tentunya dapat diminalisir
dengan merancang multimedia semenarik mungkin sehingga siswa termotivasi untuk
belajar, guru meningkatkan kompetensinya dalam mengintegrasikan TIK dalam
pembelajaran, serta perlu kerja sama yang baik antara guru sebagai perancang
pembelajaran dengan programmer yang menguasai berbagai software pengembangan
media dalam memproduksi (membuat) multimedia.
Evaluasi Media Pembelajaran Berbantuan Komputer
Media seperti apapun yang dibuat perlu dinilai
terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas, penilaian (evaluasi) ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Beberapa beberapa tujuan
evaluasi media pembelajaran, yaitu :
1) Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif.
2) Menentukan apakah media itu dapat diperbaiki atau
ditingkatkan.
3) Menentukan apakah media itu cost-effective dilihat
dari hasil belajar siswa.
4) Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan
dalam proses belajar mengajar di kelas.
5) Menentukan apakah isi pelajaran sudah tepat disajikan dengan
media itu.
6) Menilai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran.
7) Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar memberi
sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan.
8) Mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran.
Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti diskusi kelas dan kelompok interviu perorangan, observasi mengenai
perilaku siswa, dan evaluasi media yang telah tersedia.
TUGAS TERSTRUKTUR 1
1. Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada tiga
asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia
pembelajaran. Jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan contoh
masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran kimia.
JAWABAN :
Mayer (2001) mengemukakan tiga asumsi berdasarkan Teori
Kognitif Multimedia Learning (CTML), yakni :
1. Asumsi saluran-ganda (dual-channel assumption)
menyatakan bahwa
manusia menggunakan kanal pemrosesan informasi terpisah yakni untuk informasi
yang disajikan secara visual dan informasi yang disajikan secara auditif.
Pemrosesan informasi terjadi dalam tiga tahap. Pertama, informasi memasuki
sistem pemrosesan informasi baik melalui kanal visual maupun melalui kanal
auditif. Kedua, informasi-informasi ini kemudian diproses secara terpisah
tetapi bersamaan di dalam memori kerja (working memory), di mana isyarat
tutur (speech) yang bersifat auditif maupun gambar (termasuk di dalamnya
video) dipilih dan ditata. Kemudian, tahap ketiga, informasi dari kedua kanal
tersebut disatukan dan dikaitkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di
dalam memori jangka panjang. Tahap ketiga inilah yang bertanggungjawab mengenai
bagaimana informasi yang sama bisa diinterpretasi secara berbeda oleh
masing-masing pembelajar. Penyebabnya adalah pengalaman belajar yang dimiliki
oleh masing-masing pembelajar tidaklah sama.
2. Asumsi Kapasitas-terbatas (limited-capacity)
menyatakan adanya
keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam setiap kanal pada satu
waktu. Dalam satu sesi presentasi, audiens hanya bisa menyimpan beberapa
informasi visual (gambar, video, diagram, dsb) dan beberapa informasi tutur (auditif).
Asumsi inilah yang mendasari riset dan teori yang disebut teori beban kognitif
(cognitive load theory). Meskipun beban maksimal tiap individu
bervariasi, beberapa penelitian menunjukkan bahawa rata-rata manusia hanya
mampu menyimpan 5-7 ‘potongan’ informasi saja pada satu saat.
3. Asumsi Pemrosesan aktif (active-processing)
yang menyatakan bahwa
manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk mengkonstruksi
gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak seperti tape
recorder yang secara pasif merekam informasi melainkan secara
terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model mental
dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran secara
aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan
materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam
struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di
dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya. Pendeknya, manusia adalah
prosesor aktif yang menalar dan memasuk akalkan setiap informasi yang ada.
Manusia bukan prosesor pasif yang hanya menerima merekam sesuatu dan
menyimpannya di memori dan dapat diputar olah kapan saja.
Sehingga
model belajar ini mengasumsikan manusia memiliki dua kanal menuju memori kerja.
Satu kanal berasal dari indera pendengaran dan kanal yang lain berasal dari
indera penglihatan. Bahan ajar multimedia mungkin berisi gambar dan kata-kata
(baik dalam bentuk tekstual maupun tuturan). Gambar dan narasi tekstual
(printed word) masuk menuju sistem pemroses kognitif pembelajar melalui indera
penglihatan, sedangkan narasi tuturan (spoken words) masuk melalui indera
pendengaran. Pembelajar tidak menerima semua informasi yang disajikan melainkan
memilih dan menyaring sesuai minat dan kepentingannya. Informasi-informasi yang
terpilih lebih lanjut diproses dalam memori kerja pembelajar. Memori kerja ini
memiliki keterbatasan dalam hal menyimpan dan memanipulasi informasi di setiap
kanal. Dalam memori kerja ini, pembelajar secara mental mengorganisasikan
gambar-gambar terpilih kedalam model piktorial dan beberapa tuturan ke dalam
model verbal. Kedua jenis informasi ini dipadukan dengan informasi yang telah
dimiliki pembelajar dari memori jangka panjang yang merupakan gudang
penyimpanan pengetahuan pembelajar. Kapasitas memori kerja sangat terbatas
dan masa simpannya juga sangat singkat. Keterbatasan ini hanya berlaku untuk
informasi yang sama sekali baru bagi penggunanya atau yang memerlukan
pengolahan dengan cara berbeda dari informasi yang pernah diterimanya.
Informasi yang telah dipelajari akan tersimpan dalam memori jangka panjang,
tidak lagi memiliki keterbatasan baik dalam banyaknya maupun lamanya masa
simpan informasi tersebut, ketika dibawa kembali ke memori kerja melalui proses
pemanggilan kembali (recall/retrieval). Memori kerja diasumsikan terdiri
atas dua kanal atau dua bagian terpisah. Satu bagian yang disebut disebut
prosesor visual bekerja menerima dan mengolah informasi yang berupa diagram 2
dimensi atau benda 3 dimensi dan bagian lain disebut prosesor auditif yang
bekerja mengolah informasi auditif.
Contoh
media yang dapat digunakan pada saat proses pembelajaran kimia yakni pada materi
ikatan kimia yakni dalam menjelaskan struktur lewis suatu ikatan kimia, baik
itu ikatan ionik maupun ikatan kovalen. Dengan ditampilkan gambar di papan
tulis ataupun dengan menyajikannya kedalam bentuk ppt ataupun bisa ditambahkan
dengan aniamsi sehingga siswa dapat memproses iformasi dengan mudah, karena
pada dasarnya untuk mempelajari struktur lewis dari ikatan ionik maupun kovalen
akan susah jika tidak dibantu dengan adanya media seperti gambar maupun animasi
dalam bentuk power point.
2. Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat
diadaptasikan dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran kimia
JAWAB :
Teori
dual coding dikemukakan oleh Paivio (1986) menyatakan bahwa kognisi manusia
menggunakan dua saluran pemrosesan informasi yaitu informasi verbal (logogens)
berupa kata (lisan atau tertulis) dan informasi nonverbal (piktorial/imagens).
Teori
dual coding mengidentifikasi tiga cara pemrosesan informasi, yaitu:
1. pengaktifan langsung representasi verbal
atau piktorial,
2. pengaktifan representasi verbal
oleh piktorial atau sebaliknya
3. pengaktifan secara bersama-sama
representasi verbal dan piktorial.
Mayer
(2003) mengintegrasikan teori dual coding ini ke dalam model SOI (Selecting
Organizing Integrating) dalam pemrosesan informasi. Hal terpenting yang
dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan
terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi
pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain atau menyiapkan
sesuatu multimedia pembelajaran.